Minggu, 02 September 2012

Bermain-main dengan Kualitatif


Inilah Penelitian Kualitatif. Edisi ini pembahasan dikelas (11/110 dimulai dengan memperdalam kembali apa itu kualitatif. Ilustrasi yang relevan untuk membahas penelitian kualitatif adalah arkeologi yang menggali sedikit, demi sedikit, dengan penuh seksama, untuk menemukan apa yang ada dalam dasar bumi dan mengubungkannya dengan sambungan-sambungan cerita pada masa lalu. Pekerjaan arkeologi adalah pekejaan menggali dengan hati-hati terhadap apa yang ada di balik tanah.
                Ilustrasi yang kedua adalah, metode dalam penelitian kualitatif itu seperti halnya bermain puzzle. Merangkai kepingan-demi kepingan gambar, agar gambar yang terbentuk menjadi bermakna. Dua ilustrasi menarik ini adalah citraan tentang bagaimana penelitian kualitatif dijalankan dan untuk apa ia dilakukan.
                Dari pengertian dan asosialsi sederhana ini maka menarik untuk memberikan gambaran bahwa metode penelitian kualitatif adalah cara untuk menggali, megeksplorasi, mengelaborasi, dan mensistematisasikan hal-hal penting dari sebuah fenomena. Sebab data yang diberoleh hanyalah serpiha informasi. Dengan demikian tugas dari para peneliti adalah mengumpulkan serpihan-serpihan informasit tanpa makna itu kemudian menyusunnya, menghubungkannya dnegan data dan informasi lain sehingga memberikan gambaran yang utuh terhadap fenomena tertentu.
                Pertanyaan menariknya adalah, apakah penelitian kualitatif harus berangkat dari kerangka berpikir terlebih dahulu dengan menyiapkan seperangkat teori? Ataukah peneliti kualitatif datang dengan kepala kosong tanpa konsep, untuk mengungkapkan fenomena? C. Husser salah satu tokoh dalam kajian fenomenologi mempunyai istilah menarik untuk memberikan jawaban atas pertanyaan semacam ini. Ia menyampaikan prinsip bracketing (mengurung), artinya peneliti sudah menyiapkan teori-teori dan pradigma, tetapi mengurung paradigma dan teori itu terlebih dahulu, Maka peneliti hanya akan menggunakan indra dan kepekaannya dalam menggali data, seperti halnya pekerjaan para arkeolog tadi.
                Contoh sederhana untuk menjelaskan ini adalah, ketika telepon rumah berbunyi, dan dalam hati kita mengira “oh, ini pasti kekasihku”, ketika diangkat ternyata suara cowok, maka reaksi kita tentu berbeda. Prasangka (kalau tidak bisa disebut tebakan) bisa mengaburkan hasil itu sendiri. Karena itu peneliti kualitatif berangkat dengan kerangkan yang di kurung.
                Ada dua pertimbangan teknis yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Pertimbangan pertama, apakah kajian yang hendak didalami mempunyai landasan teorii? Sudah dilakukan orang lain atau belum, bagaimana daya dorongnya terhadap social dan kegiatan akademik? Jika beberapa hal tersebut ada maka pendekatan kalitatif tidak terlalu mementingkan apakah sudah ada teori sebelumnya. Justru disinilah peran kualitatif dibangun, yaitu menemukan dan membangun sebuah teori.
                Pertimbangan kedua adalah pertimbangan aksesibilitas. Mungkinkah peneliti menjangkau objek atau subjek penelitian, mungkinkan peneliti mengambil data, dan seberapa sulit data itu digali. Pertimbangan teknis itu memang tidak terlalu berpengaruh terhadap cara pandang terhadap proses penelitian itu sendiri.  Tetapi berpengaruh terhadap kesiapan dan kemampuan peneliti untuk memperoleh dan mengembangkan data sebagai bahan utama dari penelitiannya. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar