Rabu, 28 Oktober 2009

Kearifan dari tepi Stasiun Pasar Senen

Ryan Sugiarto

Inilah kearifan dari seorang lelaki tua, pejualan vocer grosiran, di tepi stasiun Pasar Senen. “bangsa ini tidak maju-maju, karena pemimpinnya tak punya visi kedepan,” begitulah kalimat itu terluncur dai lelaki 70an tahun ini, sembari menyedot gudang garam dalam-dalam. Menurutnya, Negara ini tidak mempunyai pemimpin yang bisa mengatur sebuah Negara.

Hal yang sangat dekat dengan saya, misalnnya, kereta yang saban hari saya haus bergaul dengannya, selalu mengalami keterlambatan. Seperti ii sering terjadi, katannya lebih lanjut. Ini salah stu bukti bahwa kitapun tak kusa menguasai ilmu merawat kereta, maintenance kereta. Entah apa yang dikoar-korarkan mereka yang nyaleg itu. Seoalah merea punya kemapuan menyelesaikan permasalahan kita seperti ini.

“dan siapapun presidennya nanti tak akan mampu menyelesaikan konndisi kebangsan seperti ini. Kita ini bangsa yang gemar menyombongkan diri,” katannya.

“Pernah dengar guyonan satir seperti ini?

“Sebuah perlombaan penembak jitu sesame tentara

“Tentara asal amerika meninta sebuah semangka untuk menjai sasaran tembaknnya. Diletakkan semangka itu diatas ubun-ubuh salah salah satu tentara lainnya. Dibidiknnya,” kata lelaki tua ini sembara mengarahkan tangan kakanya, dengan jari-jari menyerupai huurf L berdiri, “DOOR…tembuslah semangak itu, tak meleset sedikitpun,” katannya.

Tentara Amerika ini lalu berteriak “I am a Rambo.”

Tentara kedua, berkebangsaan Inggris. Lelaki tua mengulangi gerak tangan dan jarinnya, kali ini diikuti dengan memicingkan mata kanannya. Lanjutnya, “saya bisa melakukannya bahkan pada buah yang lebih kecil. Dipilhlah oleh tentara itu apel, dan diletakkan di kepa tentara yang tadi.”

“Door..!!”

“Lihat,” kata bapak tua ini sembara berkcak pinggang disela duduknya diatas sandal jepitnnya yang lusuh.

“I am a james Bond,” begitu kata tentara inggris, yang ditirrukan sang bapak.
Dan, unjuklah seorang tentara dari Indonesia.

“hei..jangan sombong dulu, saya akan pilih buah yang lebih kecil dari kalian,” kata sang tentara, “duku”

Diletakkanlah sebutir duku diatas kepala tentara sukarelawan tadi.
“Dooor…!!!”

“See…I am Sorry” begitu pak tua ini terkekeh menirukan ucapan tentara penembak dari Indonesia yang telah berhasil menewaskan tentara sukarelawan.

“Betapa kita ini begitu menyombong akan ketidak mampuan kita,” tukasnnya.
“Sepertinya kita patut meminjam orang luar untuk menjadi presiden kita. Seperti Fujimori yang berhasil mengelola jepang. “ lanjut laki-laki tua lulusan STM ini sembari menghitung lagi jumlah voucernya.

Dalam sudut-sudut seperti inilah tersimpan kearifan dan kkecerdasan, dari pemikir udik. Keluasan pikiran dan kesederhanaa pikir. Pikiran sebagai sebuah bangsa.

[010309]