Selasa, 04 September 2012

Peneliti Sebagai Kunci


Kelas MP Kualitatif (18/11) menegaskan kembali bagaimana metodologi kualitatif bekerja.  Dalam metodologi kualitatif, menempatkan peneliti sebagai instrument kunci dalam rangkaian penelitian. Peneliti adalah elemen penting dan mendasar dalam pengumpulan data, dan sekaligus sebagai elemen penting dalam anaslisa hasil.  Jika dibandingkan dengan MP Kuantitati dalam pengumpulan data skala menjadi alat paling penting untuk mendapatkan data secara benar, diibutuhkan pengkajian berulang-ulang dan dan reliable sebelum skala, atau alat ini dioperasionalkan. Pada tataran analisis, MP Kuantitaif juga mengandalkan proses statistika. Hasil pengolahan statistika menjadi rujukan dalam menganalisa apakah sebuah hipotesis penelitian diterima atau tidak.
     Penelilitan yang menggunakan Kualitatif sebagai metode, sepenuhnya mengandalkan peneliti. Maka sekali lagi peneliti adalah instrument kunci. Proses penelitian dengan metode ini bersifat sirkular. Artinya peneliti, bisa mengerjakan analisa data sembari mengabil data tambahan, menggeser focus penelitian, perubahan judul dan lainnya. Temuan-temuan menarik bagi peneliti menjadi acuan bagaimana focus bisa bergeser, tidak lagi harus ditentukan sedari awal.
        Dengan cara pandang seperti ini, maka sesungguhnya dibutuhkan peneliti yang mampu memposisikan diri sebagai peneliti yang baik. Kriteria umum yang dipakai misalnya, Pertama, peneliti harus cerdas, analitis, dan kritis. Dalam pengambilan data, peneliti tidak hanya melakukan wawancara, tetapi harus bisa membangun hubungan dialogis. Dengan demikian data yang diambil akan lebih dalam dan tajam, karena itu sikap kritis dibutuhkan oleh peneliti kualitatif. Kedua, peneliti yang baik adalah peneliti yang selalu mengasah kepekaan da keingintahuannya, ini bisa dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan analitis, bukan sekadar pertanyaan yang common sense. Ketiga, dibutuhkan skil yang memadai. Skill yang dimaksud adalah sikap personal dan professional. Sikap peneliti yang professional adalah menggali, bukan sekadar mencari. Menggali, adalah cara mendalami.
      Keempat, dibutuhkan peran kreatifitas peneliti dalam pelaksanaan dilapangan maupun  mengayaan dalam analisa data. Kreatifitas bagi peneliti menjadi penting agar tidak terjebak pada kajian yang monoton dan kaku. Peneliti kualitatif harus fleksibel dalam menghadapi kondisi lapangan yang tentu saja sangat berbeda jika dibandingkan dengan cara pengambilan data dengan angket. Peneliti kreatif untuk mencari poin yang penting ataupun juga poin yang tidak penting.
     Kelima, dibutuhkan sikap berani. Penelitian kulaitatif yang fenomenal adalah penelitian yang bukan saja baru secara ide tetapi juga baru secara tindakan. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk wawancara dan mengambil data tentang pelaku terorisme, misalnya. Dibutuhkan keberanian untuk berulangkali hadir, mengamati, dan mengklarifikasi data kepada respondennya. Keberanian untuk menjangkau persoalan pelik dan rumit, bahkan berbahaya menjadi penting dimiliki oleh peneliti. Tetapi selain keberania, peneliti juga harus diimbangi dengan criteria keenam, yaitu kejujuran. Peneliti harus jujur terhadap diri dan data yang diperolehnya.
      Terakhir dan tidak kalah penting adalah jaringan. Jaringan memainkan peran penting dalam mendalami dan menggali sebuah nomena atau peritiwa yang terjadi, psikiater, wartawan, pejabat trkait, tokoh masyarakat, bahkan hubungan antar subjek penelitian harus dijaga dan dirawat. Kedekatan jaringan akan membantu peneliti untuk memudahkan pencarian dan elaborasi data.
     Sekali lagi semuanya dari proses penelitian mulai dari ide, brainstorming, pengumpulan data, analisa, pelaporan, dalam penelitian kualitatif yang sirkular ini peneliti memegang peran kunci. []

Minggu, 02 September 2012

Bermain-main dengan Kualitatif


Inilah Penelitian Kualitatif. Edisi ini pembahasan dikelas (11/110 dimulai dengan memperdalam kembali apa itu kualitatif. Ilustrasi yang relevan untuk membahas penelitian kualitatif adalah arkeologi yang menggali sedikit, demi sedikit, dengan penuh seksama, untuk menemukan apa yang ada dalam dasar bumi dan mengubungkannya dengan sambungan-sambungan cerita pada masa lalu. Pekerjaan arkeologi adalah pekejaan menggali dengan hati-hati terhadap apa yang ada di balik tanah.
                Ilustrasi yang kedua adalah, metode dalam penelitian kualitatif itu seperti halnya bermain puzzle. Merangkai kepingan-demi kepingan gambar, agar gambar yang terbentuk menjadi bermakna. Dua ilustrasi menarik ini adalah citraan tentang bagaimana penelitian kualitatif dijalankan dan untuk apa ia dilakukan.
                Dari pengertian dan asosialsi sederhana ini maka menarik untuk memberikan gambaran bahwa metode penelitian kualitatif adalah cara untuk menggali, megeksplorasi, mengelaborasi, dan mensistematisasikan hal-hal penting dari sebuah fenomena. Sebab data yang diberoleh hanyalah serpiha informasi. Dengan demikian tugas dari para peneliti adalah mengumpulkan serpihan-serpihan informasit tanpa makna itu kemudian menyusunnya, menghubungkannya dnegan data dan informasi lain sehingga memberikan gambaran yang utuh terhadap fenomena tertentu.
                Pertanyaan menariknya adalah, apakah penelitian kualitatif harus berangkat dari kerangka berpikir terlebih dahulu dengan menyiapkan seperangkat teori? Ataukah peneliti kualitatif datang dengan kepala kosong tanpa konsep, untuk mengungkapkan fenomena? C. Husser salah satu tokoh dalam kajian fenomenologi mempunyai istilah menarik untuk memberikan jawaban atas pertanyaan semacam ini. Ia menyampaikan prinsip bracketing (mengurung), artinya peneliti sudah menyiapkan teori-teori dan pradigma, tetapi mengurung paradigma dan teori itu terlebih dahulu, Maka peneliti hanya akan menggunakan indra dan kepekaannya dalam menggali data, seperti halnya pekerjaan para arkeolog tadi.
                Contoh sederhana untuk menjelaskan ini adalah, ketika telepon rumah berbunyi, dan dalam hati kita mengira “oh, ini pasti kekasihku”, ketika diangkat ternyata suara cowok, maka reaksi kita tentu berbeda. Prasangka (kalau tidak bisa disebut tebakan) bisa mengaburkan hasil itu sendiri. Karena itu peneliti kualitatif berangkat dengan kerangkan yang di kurung.
                Ada dua pertimbangan teknis yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif. Pertimbangan pertama, apakah kajian yang hendak didalami mempunyai landasan teorii? Sudah dilakukan orang lain atau belum, bagaimana daya dorongnya terhadap social dan kegiatan akademik? Jika beberapa hal tersebut ada maka pendekatan kalitatif tidak terlalu mementingkan apakah sudah ada teori sebelumnya. Justru disinilah peran kualitatif dibangun, yaitu menemukan dan membangun sebuah teori.
                Pertimbangan kedua adalah pertimbangan aksesibilitas. Mungkinkah peneliti menjangkau objek atau subjek penelitian, mungkinkan peneliti mengambil data, dan seberapa sulit data itu digali. Pertimbangan teknis itu memang tidak terlalu berpengaruh terhadap cara pandang terhadap proses penelitian itu sendiri.  Tetapi berpengaruh terhadap kesiapan dan kemampuan peneliti untuk memperoleh dan mengembangkan data sebagai bahan utama dari penelitiannya. []