Senin, 13 Juli 2009

Wakil Politik

Ryan Sugiarto

Tidak ada, selain waktu menginginkan suara gambar para politisi dan partai dengan sengaja menempel pada gerobak sampah para pemungut. Tak ada selain maasa kampannya, wajah paras orang-orang kaya dan gede menempel pada pagar bamboo yang hamper roboh di sudut-sudut desa. Juga, tak ada selain waktu menjelang pemilu, manusia-manusia yang ingin menjadi wakil menyambangi barak-brak kumuh, sudut-sudut rawan penyakit.

Sekali lagi itu semuanya hanya pada masa ketika suara satu orang saja dibutuhkan oleh mereka yang ingin menjadi wakit. Bukan menjadi orang mewakilkan. Bukankah orang yang mewakilkan seharusnnya menjadi nomor satu? Dan wakil menjadi orang nomor dua setelah yang mewakilkna? Tetapi memang menjadi wakil dalam bidang politik ini sebih terhormat, dimata mereka, ketimbang orang nomor satu itu sendiri

Tapi memang begitulah cara kerja politik. Yang menjadi wakil malah lebih berkuasidari yang mewakilkan. Lebih enak dari yang member perwakilan, menjadi lebih mentereng dari yang sebenarnnya tak minta diwakili. Tapi toh wakil dalam politik lebih segela-galannya dari pada rakyat sendiri.

Nah, setelah mereka benar-benar dipilih oleh rakyat untuk mewakilinnya, sangat kecil kemungkinan mereka mengerti tentang apa yang seharusnnya diwakilkan. Siapa yang mewakilkannya, dan untuk apa sesungguhnya mereka menjadi wakil

Lalu, mereka tak akan sudi mejenguk para pemungut sampah yang dahulu digerobannya wajah penccari posisi wakil ini menempel dan berkibar. Mereka tak akan menyambangi, sudut-sudut dimana bendera dan paras wajah menempel dip agar-pagar bambudi sudut desa

[270109]

bahasa dan kekuasaan

Ryan Sugiarto

setelah sekian banyak bahasa ibu sayup-sayup terdengar dan kemudian tenggelam untuk hilang, muncul bahasa yang berkuasa. ia dinamakan dengan bahasa internasional, dimana semua oang yang berkeinginan kemana-mana tanpa kendala, ia harus menguasainya.

bahasa yang berkuasa itulah yang dinamakan sebagai bahasa dunia. dan dewasa. ada beberapa bahsa dunia yang mulai menunjukkan kuasannya. bahasa Inggris (inggris, amerika, singapur), perancis, dan kemudian bahasa cina. bahasa inilah yang kian hari penuturnya kian banyak.

kenapa bahasa berkuasa? karena bahasa sudah menempatkan diri pada bagian yang menentukan apa dan bagaimana penuturnya bisa diterima lebih luas. yang berbahasa inggris fasih akan lebih mudah bergaul dengan dunia di belahan lain, dalam aspek apapun. termasuk Cina, yang mulai menjadi bahasa bisnis,oleh karena perekonomian cina yang tumbuh peast dan mulai merangsek ke berbagai penjuru dunia. para penutur bahasa di luar ketiga bahasa itu kemudain berlomba-lomba menguasainya untuk mendekatkan diri dengan pemilik imperium bisnis yang menuturkan basahasa tesebut.
dalam pergaulan, yang menguasai bahasa internasional ini yang mendpat kesempatan untuk apa yang diinginkan. tidak di dunia bisns, dunia pariwisata, atau pun dunia akademik, semuanya menengadahkan wajahnya, mengarahkan wajahnya menuju kekuasaan bahasa ini.

perkembangan ini didukung oleh penguasa negra yang membekali waganya saja dengan bahasa internasional, tetapi mengabaikan bahasa lokal. negara melupakan dan menutup mata bahwa ada sebagian besar bahsa ibu di bagian negerannya mengalami kepunahan penuturnya. dan ia tak membuat kebijaka apapau tentang kondisi bahasa yang seperti ini.

maka lengkaplah sudah yang bernama kekuasaan itu. dari sisi manapun. semunya begerak kearah pusat. sementara yang peri-peri kembang kempis memakali delima. hayut dan atau mempertahankan.

seorang tua berkata: bukankan akan lebih baik jika keduannya kita rengkuhi. menguasai bahsa yang berkuasa atas dunia tiu, sembari mengayoni, nguri-uri bahasa ibu kita. membincangkahnya dengan anak cucu untuk nguri-uri bahasa itu.
keduannya bisa dilakukan dengan kegembiraan dan kemanfaatan masing-masing.semoga.


[270609]

Semangat Kehidupan

Ryan Sugiarto

Pernahkan kita bertanya kenapa setiap merayakan ulang tahun, manusia modern mengunakan simbol meniup lilin? Apa arti semua itu bagi sebuah perayaan ulang tahun? Atau apa makna petanda itu? Apa makna simbolisasi lilin yang menyala itu? Atau apa maksa perilaku meniup lilin itu bagi sebuah peringatan?

Bukankah lilin berarpi itu adalah tanda dari sebuah kehiduoan? Api adalah cahaya, dan ia tanda dalam sebuah kehidupan yang dimulai. Pada alam ini. Setiap orok bayi yang baru lahir merasakan adannya dunia yang terang, meski dengan suasa baru, ia kini memempati dunia terang. Salah satunnya ditandai dengan matahari, bergerak kepada api, dan lokomotif lampu hingga sekarang ini.

Seoarang teman dulu pernah mencari-cari sebatang korek api untuk menyalakan rokonya. Ia tidak menemukannya dan berkata “korek api saja kalian tak punya, bagaimana menerangi dunia. Mencerahkan manusia?” barangkali guyonan teman itu ada benarnya juga. Kira-kira begitu simbol api ini dari sudut pandang sebuah kearifan.

Lalu kenapa dalam perayaan ualangtahun tadi, kita mematikan lilin yang berapi ini? Apakah tidak sama artinnya dengan mematikan semangat kehidupan? Meredam kehidupan yang akan segra dilanjutkan lagi setelah detik-detik perayaan berlangsung. “atau apa yang akan dipadamkan dengan simbol api ini? Kita perlu cari tahu, minimal kita punya dasar dari setiap perayaan dengan simbol itu.

[050309]