Rabu, 28 Januari 2009

Peneliti di Lumbung Politik

Ryan Sugiarto


Lembaga Survei di negeri ini sedang berebut kue politik. Tahun ini memamng tahun politik. Bukan saja para pengusaha yang kebanjiran kue, para peneliti juga sedang berebut kue politik. Sebaran survei dan tentu juga para penelitinnya tercebur dalam ruang yang penuh dengan uang-uang politik.


Para peneliti ini juga terjebur dalam faksi-faksi partisan. Penyelenggaran survei, peneliti, yang penyokong pemerintah tentu akan berusaha dengan cara seperti apa, agar hasil penelitian dan surveinnya cenderung mengangkat pamor dan citra pemerintah, partai pendukung pemerintah, dan atau presiden incumben. Sedangkan para peneliti dalam lembaga survei yang di luar jalur pemerintah, alias oposisi, juga akan menyelenggarakan survei, tentu untuk mengukur sejauh mana kampannyenya berhasil, dan mengangkat citranya di media.


Kita mahfum bersama, setiap survei terkait dengan citra politik, partai, calon presiden dan wakil presiden, adalah dalam rangka memuluskan jalan menuju kursi polirik utama. Maka setiap partai bisa saja membayar lembaga survei untuk melakukan survei pesanan. Atau bahkan partai politik bisa saja mendirikan lembaga survei, didanai, dengan catatan “lembaga independen” untuk menggulirkan survei mengangakat citra politik yang bersangkutan.


Soal metodologi bisa diutak-utik bagaimana caranya bisa mengangkat citra. Soal penyebaran bisakongkalingkong dengan media juga. Jadi memang ada banyak cara bagi para politisi mengangkat citra mereka.Peneliti dan media sesunggunya tidak lepas dari partisipasi politik, mendukung politik partisan. Mungkin lupa, atau terdorong desakan keuangan. Dan melupa kejujuran yang diutamakan dalam penelitian dan ilmu.


[220109]

Minggu, 11 Januari 2009

Langkah Baru Janji Baru

Ryan Sugiarto

Sangat memungkinkan dan sudah menjadi hal wajar, manusia yang mengklaim rasional dan berbalut modernitas senantiasa menyediakan ide baru, langkah baru, dan janji baru memasuki tahun yang terbilang baru. Disinilah letak dari sebuah harapan (baru) yang biasa jadi mendorong manusia untuk selalu berusaha menghidupi diri dan gagasannya dengan lebih baik.

Seorang yang menginginkan sesuatu yang baru tentu mengganjar dirinya dengan cara-cara meraih sesuatu yang dianggap baru atau yang lama yang belum menemukan gapaiannya. Dan ajang tahun baru, lebih extreamennya hari baru, menjadi satu cara momentum manusia menemukan titik awal baginya.

Manusia rasional dan yang menggauli modernistis konon menapakkan tahun baru sebagai landasan bagi kerja-kerja terukur kemudian. Mereka, menjadikan akhir tahun sebagai ruang evaluasi bagi target-target yang ditetapkan sebagai awal. Begitulah cara manusia rasional mengukur kemampuan dirinya dari tahun ketahun. Sebuah capaian jangka pendek. Konon inilah yang dinamakan sebuah resolusi baru.

Dan menjadi lazim dilakukan masa modern seperti ini. Karena konon manusia yang tanpa rencana dalam hidupnnya adalah manusia yang meneukan kegagalan hidup paada masa depannya. Benarkan demikian? Diri sendir yang bisa menjawab itu.


[070109]

Selasa, 06 Januari 2009

Teriring Salam dan Sukses Untuk Semua

Ryan Sugiarto

”Teriring salam sukses kepada teman-teman satu generasi. Selamat berjuang. Proses diaspora kita telah benar-benar berjalan. Semoga kita ingat tetang pewarnaai cita-cita kepda sebuang bangsa yang kita diami ini. Tentang sekelompok kaum muda yang, saat ini sedang berdiaspora, ingin membuat dunia yang lebih adil untuk sesama.

Kepada kalian yang mulai merapat pada birokrasi negara, belajarlah. Karena da yang lebih baik pada hari kemudian dengan adannya kalian. Kepada kalian yang sudah merapat pada suara perwakilan, belajarlah. Bahwa nanti, jika kalian menjadi suara dari yang kalian yakini, akan ada masa yang lebih adil untuk sesama.

Lalu kepada kalian, yang bergerak bebas di luar kekuasaan yang mengatas namakan negara. Berbuatlah lebih, juga belajarlah. Karena sesungguhnya fase kita ini adalah fase diaspora saja. Dan kepada kalian yang kini bergerak di wilayah akademi dan intelektual, bergegaslah membuat perubahan. Sesungguhnya perubahan lebih mudah dari pemikiran.

Janga lupa bahwa kita sedang belajar menjadi pemikir, mati-matian ingin menjadi pemikir pada perubahan yang lebih baik itu. Saya yakin sejarah kita, tidak akan hilang dalam ingatan kita masing-masing. Bukan sekadar beromantisme, tetapi jauh lebih dari itu adalah pijakan semua. Tidak da yang lebih baik, jika kita tak mempunyai sejarah. Karena sejarah adalah perbandingan dalam setiap fase. Kita tak bisa membanding hari ini dengan masa depan dengan benar.

Lalu kepada kalian, satu angkatan, yang masih di kursi kampus, janganlah berlama-lama dengan belenggu itu. Sebab saya yakin ada hal baru yang menunggumu, tentang peran-peranmu setelah ini.”

Ini bukan soal kita memperkaya diri sendiri dengan yang namanya kerja. Tetapi soal cita-cita, jika kau masih ingat, terhadap dunia yang lebih adil itu. Tentang suatu harapan bahwa sebuah pertemuan yang pernah kita rancang akan menemukan titik terang dimana yang kita sebut komunitas akan nampak dan lebih baik.

[030109]

Kamis, 01 Januari 2009

Lihatlah, Tuhan Masehi Menyatukan Warga Dunia

Ryan Sugiarto

Beberapa hari ini ada tahun baru yang datang hampir bersamaan. Pertama tahun baru islam, kedua tahun baru masehi, dan sebentar lagi tahun baru imlek.

Tetapi lihatlah, Masehi menyatukan semuanya. Inilah ‘kehebatan’eropa dalam mempropagandakan maseni sebagai tahun bersama bagi semua warga di dunia. Tepat tanggal satu Januari 2009 kemarin, warga dunia tumpah-ruah dijalan-jalan menyambut dan merayakan datangnya tahun baru 2009.

Agak berbeda dengan tahun baru islam yang relatif sepi, juga tahun baru imlek yang agak serupa,tahun baru masehi adalah kebersamaan warga dunia merayakan dan bergembira dengannya. Penanggalana ini menjadi penanggalan resmi di dunia yang di gunakan bersama.

Lihatlah, mereka merayakan dengan bersedia menjalani kemacetan panjang di jalan-jalan ibu kota. Ada yang “membakar uang” dengan kembang api yang berwarna-warni. Ada yang sengaja ke pantai walau tampaknnya akan diguyur hujan. Mungkin juga itulah cara israel menghujamkan “kembang api”, untuk merayakan tahun baru dengan hal yang tidak biasa. Demikianlah cara warga dunia merayakan tahun baru.

Mungkin inilah yang dinamakan cita-cita dari kebersamaan warga dunia. Meski dengan elan sendiri-sendiri dan ccatatan tentang harapan yang berbeda-beda. Namun paling tidak kegembiraan bersama, jika merasakannnya, bisa menjadi tanda adanya. Kebersamaan komunitas dunia. Harusnya, tak ada lagi kekerasan yang menodai kebersamaan seperti ini. Juga seharusnya tidak adalagi tindakan anarkhisme yang mengatasnamakan perbedaan. Jika sadar bahwa perbedaan adalah warna dari dunia.

[020109]