Minggu, 12 Agustus 2012

Metodologi, Perangkat Mendekati Kebenaran


Kualitatif Jurnal
No.03/I/6 Oktober 2011



Pada kelas 4 Oktober 2011, masih memperbincnagkan tentang komparasi antara pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif dalam penelitian. Namun penyajian untuk membedakan keduanya relative lebih detail,  satu banding satu.

Contoh yang digunakan untuk dalam membedakan kedua pendekatan penelitian ini adalah ruang. Dalam ruang kelas terdapat apa yang disebut kuantitafir dan apa yang bisa dimaknai kualitatif. Kuantitatif dalam ruang kelas bisa disebutkan beberapa misalnya, jumlah kursi, jumlah mahasiswa, dumlah dosen, kipas angin, papan tulis, ukuran ruangan dan lainnya. Sementara kategori kualitatif misalnya dicontohkan dengan suasana ruangan, gaya mengajar dosen, suhu, dan lainnya.

Pada dasarkan setiap hal mengandung nilai kuantitatif dan kualitatif.  Meja misalnya bisa dinilai secara kuantitaif dari jumlahnya, dan bisa dinilai sisi kualitatif dari sisi kualitas mejanya. Maka pertentangan dalam memandang sesuatu seungguhnya untuk melihat atau mendekati apa yang ada dalam sesuatu itu sendiri. Kuantitatif dan kualitatif adalah sudut pandang semata.

Jika dikembalikan pada metodologi, nomena dengan pendekatan kuantitatif ditunjukkan dengan angka. Sedangkan dalam pendekatan kualitatif, semua peristiwa ditunjukkan dalam kata-kata. Kedua-duanya bertujuan sama yaitu untuk memotret apa yang terjadi dalam nomena itu dalam sudut pandang pengetahuan ilmiah. Kedua-duanya mempunya resiko mereduksi makna yang sebenarnya. Kuantitatif mereduksi fenomena melalui angka, kualitatif mereduksi fenomena melalui kata-kata. Meskipun pada beberapa sisi, kauntifikasi bisa jadi mereduksi lebih banyak hal dibandingkan dengan cara yang digunakan dalam kualitiatif.

Merujuk pada beberapa pandangan diatas, maka penelitian sesungguhnya bukanlah untuk menemukan kebenaran tas peristiwa atau fenomena, tetapi sekadar untuk menemukan sesuatu yang mendekati kebenaran. Oleh sebab kebenaran adalah kebenaran itu sendiri. Maka memperdebatkan klaim kebenaran melalui pedebatan metodologi dalam memandang peristiwa fenomena sungguh terlalu jauh. Metodologi hanyalah alat untuk menemukan sesuatu yang paling mendekati kebenaran sesungguhnya. Oleh sebab, sekali lagi, kebenaran adalah kebenaran itu sendiri, bukan keberan yang diberoleh dengan alat. Kemampuan alat, dalam hal ini metodologi, tentu terbatas untuk menjangkau kebenaran.[]





Sikap Ilmiah Terhadap Peristiwa

Kualitatif Jurnal
No.02/I/4 Oktober 2011


Dua arus besar dalam studi metodologi adalah Metodologi Kuantitatif dan Metodologi Kualitatif. Metodologi kuantitative adalah bentuk pengolahan dari filsafat positivisme, materialism, dan empirisme dengan argument dasar, segala sesuatu bisa diukur, segala sesuatu bisa diangkakan. Positivisme ini lahir dari masa filsafat Aristotelian. Pada konsep kuantitative, semua diukur dalam hubungan sebab dan akibat.

Pada sisi yang lain dikenal metode kualitatif.  Metode ini dianggap lebih dalam dari apa yang bisa dihasilkan oleh metode kuantitatif. Metode kualitative mendasarkan diri pada filsafat fenomenologi.  Dasar yang ditempuh adalah mengekplorasi, mendiskripsi, dan menginterpretasikan pengalaman personal dan pengalaman social. Data yang diperoleh lebih tabal dan dalam melalui wawancara mendalam, dan observasi yang detail. Dalam metode ini fenomena dijabarkan dan dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari, bukan dalam rekayasa laboratorium.

Dalam hal lain, jika kuantitative dimaksudkan untuk membuktikan teori, sebaliknya metode kualitative digunakan untuk mengembangkan, dan menerbitkan teori yang baru. Disinilah dimaksudkan kenapa kualitative diharapkan lebih detail untuk benar-benar mendalami kajian masyarakat itu sendiri.

Metodologi adalah alat. Alat inilah yang akan dipake untuk menemuka, dan mendalami dengan celiti fenomena dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat untuk menjadi kajian akademik dan ilmiah. Keduanya tidak perlu di pertentangkan, dan dibuktikan mana yang lebih akurat dalam mendekati kebenaran. Penggabungan atau penggunakan kedua metode bahkan lebih memiliku kajian yang mendalam.

Perspektif ilmiah akademis yang ketat dalam memandang persoalan akademis dan fenomena kemasyarakatan akan memperkuat kajian lokal dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Menjadi ilmiah dan logis adalah syarat bagi peneliti itu sendiri. Dasar yang dipakai adalah bagaimana seorang peneliti mampu memetakan permasalah berdasarkan urutan logika yang ilmiah. Sehingga pendekatan fenomena bisa dijelaskan dengan lebih sederhana dan berguna dalam upaya pencerdasan masyarakat dan pengembangan kelilmuan.

Sekali lagi metodologi adalah alat. Integritas peneliti dan akademisi menjadi hal yang jauh lebih penting untuk pengembangan keilmuan. Oleh karena itu di perlukan sikap ilmiah. Yaitu sikap pertanggungjawaban akademis dalam rangka memandang dan mendekati suatu kajian dan persoalan. Menumbuhkan sikap ilmiah bukan persoalan mudah. Dunia akademis kita cenderung dan sudah terlanjur dicekoki dengan pola yang jauh dari sikap ilmiah. Sehingga sering kita temukan adanya pelanggaran hak intelektual dalam ranah akademis. Inilah pekerjaan rumah yang besar bagi dunia akademis dan lembaga penelitian untuk menumbukkuatkan mental atau sikap ilmiah.

Titik yang penting lagi adalah bagaimana pendekatan penelitian dipakai untuk mengali khasanan ilmu nusantara. Inilah pekerjaan penting bagi kalangan akademisi dan peneliti. Akademisi dan peneliti harus membesarkan kajian nusantara untuk menggali pengalaman hidup dan ilmu yang berserakan tanpa kajian ilmu dan metodologis yang ketat. []

Berpikir Tesis Sedari Mula

Kualitatif Jurnal No.01/I/29 Oktober 2011
 Kelas pertama dalam mata kuliah metodologi Penelitian Kualitativ, dengan dosen pengampu Pak subandi Ph.D, menawarkan satu perkuliahan yang menarik. Beliau memberikan tugs untuk membuat proposal penelitian kualitatif sampai tengah semester, dan penelitian kecil hingga akhir semester. Artinya perkuliahan ini selama satu semester akan menghasilkan penelitian kecil. Petanyaannya adalah dimana sisi menariknya? Mahasiswa dirangsang untuk membuat topic penelitian tesis sejak semester pertama. Artinya menyiapkan tema sejak dini agar pengerjaan tesis mempunyai bekal teoritis dan metodologis yang lebih awal. 

Bagi mahasiswa yang sudah mantap dengan tema tesisnya sejak awal, perkuliahan ini akan menjadi starting poin, atau pemanasan untuk pengerjaan tesis. Sehingga semua keperluan, baik mteri, teori, dan metodologi bisa dikumpulkan dan dielaborasi dari semester pertama. Bahkan bisa jadi pengerjaan sudah bisa dilakukan untuk bab 1, bab 2, dan bab 3 laporan tesis sebagai bahan mentah yang bisa berubah seiring pelaksanaan penelitian tesis itu sendiri. 

Pilihan seperti ini menarik Kenapa? Oleh karena jenjang pendidikan pascasarja sudah semestinya mempunyai kematangan dalam mempersiapkan diri untuk menekuni pada kajian apa ia berada. Pada titik inilah sesungguhnya perkuliahan bukan lagi bersifat umum, tetapi mahasiswa bisa sejak awal mengambil posisi untuk menentukan focus kajian. 

Mata kuliah ini kemudian juga dibekali dengan review jurnal. Disinilah asupan, materi dan metodologi bisa dipelajari oleh mahasiswa langsung dari literature hasil penelitian dan jurnal internasional.Review jurnal memungkinkan mahasiswa untuk mendalami dan memilah mana metodologi yang sesuai dengan jenis tesis yang akan digarapnya. Didalamnya tentu juga sekumpulan teori menyertai sebagai pisau analisis. Review juga akan memberikan pengetahuan tentang hasil penelitian terkait dengan tema tesis mahasiswa yang bersangkutan. Hasil review beberapa jurnal ini kana menjadi amunisi dalam pengerjaan tesis kemudian hari. Artnya tidak ada alasan sesungguhnya mahasiswa kelabakan dalam menyiapkan materi dan teori. 

Dengan bekal tugas-tugs tersebut saya kira mahasiswa akan mengasah kembali kepekaannya dalam mengidentifikasi masalah, sumber literature, dan pendalaman metodologi yang diinginkannya. Terlepas dari kontek sebagai mata kuliah wajib, proses perkuliahan yang ditawarkan dalam kelas ini menjadi pilihan sadar bagi mahasiswa untuk mendalami dimana posisi tesisnya akan dikembangkan kemudian.   

Perkuliahan ini dalam hemat penulis menawarkan jalan lurus menyelesaikan teisis tanpa berlarat-larat. Oleh karena sudah disiapkan sedari mula. Maka pilihan-pilihan awal untuk metodologi dalam penelitian menjadi sangat penting apakah menggunakan pendekatan kualitatif atau kuantitatif. Bagi mahasiswa yang sudah mempunya rancangan metodologi penelitiannya kualitaitif, sekali lagi, proes perkuliahan ini penting merumuskan sedari mula bentuk tesisnya. [] 

Note: naskah ini adalah catatan selama semester pertama yang baru bisa diunggah sekarang.