Ryan Sugiarto
kesadaran tentang kebudayaan, dalam peta perkembangan tanah air tenggelam dalam bingkai politik kekuasaan. kebudayaan terbawa arus kekuasaan. kira-kira begitu yang terjadi dalam perbincangan kebudayaan dan kepresidenan lalu. bahkan dalam kampanye-kampanyepun, tak luput dari tim "kebudayaan".
yang kita lihat betapa GM, begitu munduk-munduk dihadapan pasangan SBY-Boediono. begitu yang ditulisnya dalam orasi kebudayaannya saat deklarasi pencalonan itu. juga ia tulis pula dalam catatan pinggir, bahkan sampai dua edisi terakhir.
Lain dengan GM yang munduk-munduk, Penyair Burung Merak, WS Rendra lebih elegan. dalam pembacaan puisinya saat deklasrasi Mega prabowo, Rendra mengatakan " saya bukan orang partisan, tapi tidak mendukung salah satu partai. tapi saya mendukung pemerintahan yang tidak tunduk pada kepentingan asing," begitu katanya lantang.
kekuasaan dan kebudayaan memang selingkuhan yang abadi. yang berkuasa mampu menggerakan kemana kebudayaan akan diarahkan. yang berkuasa membangun kantung-kantung kebudayaan dan menggelontorkan dana ke sana.
dan orang-orang yang bergerak dalam kebudayaan selalu berlari keketiak orang-orang yang berkuasa, biasanya untuk sebuah dana. keduanya berkepentingan saling langgeng melanggengkan.
Karawaci, 2 Juni 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar