Inilah Penelitian Kualitatif. Edisi ini
pembahasan dikelas (11/110 dimulai dengan memperdalam kembali apa itu
kualitatif. Ilustrasi yang relevan untuk membahas penelitian kualitatif adalah
arkeologi yang menggali sedikit, demi sedikit, dengan penuh seksama, untuk
menemukan apa yang ada dalam dasar bumi dan mengubungkannya dengan
sambungan-sambungan cerita pada masa lalu. Pekerjaan arkeologi adalah pekejaan
menggali dengan hati-hati terhadap apa yang ada di balik tanah.
Ilustrasi
yang kedua adalah, metode dalam penelitian kualitatif itu seperti halnya
bermain puzzle. Merangkai
kepingan-demi kepingan gambar, agar gambar yang terbentuk menjadi bermakna. Dua ilustrasi menarik ini
adalah citraan tentang bagaimana penelitian kualitatif dijalankan dan untuk apa
ia dilakukan.
Dari
pengertian dan asosialsi sederhana ini maka menarik untuk memberikan gambaran
bahwa metode penelitian kualitatif adalah cara untuk menggali, megeksplorasi, mengelaborasi, dan mensistematisasikan hal-hal penting
dari sebuah fenomena. Sebab data yang diberoleh hanyalah serpiha informasi.
Dengan demikian tugas dari para peneliti adalah mengumpulkan serpihan-serpihan
informasit tanpa makna itu kemudian menyusunnya, menghubungkannya dnegan data
dan informasi lain sehingga
memberikan gambaran yang utuh terhadap fenomena tertentu.
Pertanyaan
menariknya adalah, apakah penelitian kualitatif harus berangkat dari kerangka
berpikir terlebih dahulu dengan menyiapkan seperangkat teori? Ataukah peneliti kualitatif datang dengan kepala kosong
tanpa konsep, untuk mengungkapkan fenomena? C. Husser salah satu tokoh dalam
kajian fenomenologi mempunyai istilah menarik untuk memberikan jawaban atas
pertanyaan semacam ini. Ia menyampaikan prinsip bracketing (mengurung), artinya
peneliti sudah menyiapkan teori-teori dan pradigma, tetapi mengurung paradigma
dan teori itu terlebih dahulu, Maka peneliti hanya akan menggunakan indra dan
kepekaannya dalam menggali data, seperti halnya pekerjaan para arkeolog tadi.
Contoh
sederhana untuk menjelaskan ini adalah, ketika telepon rumah berbunyi, dan dalam
hati kita mengira “oh, ini pasti kekasihku”, ketika diangkat ternyata suara
cowok, maka reaksi kita tentu berbeda. Prasangka (kalau tidak bisa disebut
tebakan) bisa mengaburkan hasil itu sendiri. Karena itu peneliti kualitatif
berangkat dengan kerangkan yang di kurung.
Ada
dua pertimbangan teknis yang bisa digunakan dalam penelitian kualitatif.
Pertimbangan pertama, apakah kajian yang hendak didalami mempunyai landasan teorii? Sudah dilakukan orang
lain atau belum, bagaimana daya dorongnya terhadap social dan kegiatan
akademik? Jika beberapa hal tersebut ada
maka pendekatan kalitatif tidak
terlalu mementingkan apakah sudah ada teori sebelumnya. Justru disinilah peran kualitatif dibangun, yaitu
menemukan dan membangun sebuah teori.
Pertimbangan
kedua adalah pertimbangan aksesibilitas. Mungkinkah peneliti menjangkau objek
atau subjek penelitian, mungkinkan peneliti mengambil data, dan seberapa sulit
data itu digali. Pertimbangan teknis itu memang tidak terlalu berpengaruh
terhadap cara pandang terhadap proses penelitian itu sendiri. Tetapi berpengaruh terhadap kesiapan dan
kemampuan peneliti untuk memperoleh dan mengembangkan data sebagai bahan utama
dari penelitiannya. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar