Minggu, 12 Agustus 2012

Sikap Ilmiah Terhadap Peristiwa

Kualitatif Jurnal
No.02/I/4 Oktober 2011


Dua arus besar dalam studi metodologi adalah Metodologi Kuantitatif dan Metodologi Kualitatif. Metodologi kuantitative adalah bentuk pengolahan dari filsafat positivisme, materialism, dan empirisme dengan argument dasar, segala sesuatu bisa diukur, segala sesuatu bisa diangkakan. Positivisme ini lahir dari masa filsafat Aristotelian. Pada konsep kuantitative, semua diukur dalam hubungan sebab dan akibat.

Pada sisi yang lain dikenal metode kualitatif.  Metode ini dianggap lebih dalam dari apa yang bisa dihasilkan oleh metode kuantitatif. Metode kualitative mendasarkan diri pada filsafat fenomenologi.  Dasar yang ditempuh adalah mengekplorasi, mendiskripsi, dan menginterpretasikan pengalaman personal dan pengalaman social. Data yang diperoleh lebih tabal dan dalam melalui wawancara mendalam, dan observasi yang detail. Dalam metode ini fenomena dijabarkan dan dipelajari dalam konteks kehidupan sehari-hari, bukan dalam rekayasa laboratorium.

Dalam hal lain, jika kuantitative dimaksudkan untuk membuktikan teori, sebaliknya metode kualitative digunakan untuk mengembangkan, dan menerbitkan teori yang baru. Disinilah dimaksudkan kenapa kualitative diharapkan lebih detail untuk benar-benar mendalami kajian masyarakat itu sendiri.

Metodologi adalah alat. Alat inilah yang akan dipake untuk menemuka, dan mendalami dengan celiti fenomena dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat untuk menjadi kajian akademik dan ilmiah. Keduanya tidak perlu di pertentangkan, dan dibuktikan mana yang lebih akurat dalam mendekati kebenaran. Penggabungan atau penggunakan kedua metode bahkan lebih memiliku kajian yang mendalam.

Perspektif ilmiah akademis yang ketat dalam memandang persoalan akademis dan fenomena kemasyarakatan akan memperkuat kajian lokal dalam peningkatan ilmu pengetahuan. Menjadi ilmiah dan logis adalah syarat bagi peneliti itu sendiri. Dasar yang dipakai adalah bagaimana seorang peneliti mampu memetakan permasalah berdasarkan urutan logika yang ilmiah. Sehingga pendekatan fenomena bisa dijelaskan dengan lebih sederhana dan berguna dalam upaya pencerdasan masyarakat dan pengembangan kelilmuan.

Sekali lagi metodologi adalah alat. Integritas peneliti dan akademisi menjadi hal yang jauh lebih penting untuk pengembangan keilmuan. Oleh karena itu di perlukan sikap ilmiah. Yaitu sikap pertanggungjawaban akademis dalam rangka memandang dan mendekati suatu kajian dan persoalan. Menumbuhkan sikap ilmiah bukan persoalan mudah. Dunia akademis kita cenderung dan sudah terlanjur dicekoki dengan pola yang jauh dari sikap ilmiah. Sehingga sering kita temukan adanya pelanggaran hak intelektual dalam ranah akademis. Inilah pekerjaan rumah yang besar bagi dunia akademis dan lembaga penelitian untuk menumbukkuatkan mental atau sikap ilmiah.

Titik yang penting lagi adalah bagaimana pendekatan penelitian dipakai untuk mengali khasanan ilmu nusantara. Inilah pekerjaan penting bagi kalangan akademisi dan peneliti. Akademisi dan peneliti harus membesarkan kajian nusantara untuk menggali pengalaman hidup dan ilmu yang berserakan tanpa kajian ilmu dan metodologis yang ketat. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar