Ryan Sugiarto
Lembaga Survei di negeri ini sedang berebut kue politik. Tahun ini memamng tahun politik. Bukan saja para pengusaha yang kebanjiran kue, para peneliti juga sedang berebut kue politik. Sebaran survei dan tentu juga para penelitinnya tercebur dalam ruang yang penuh dengan uang-uang politik.
Para peneliti ini juga terjebur dalam faksi-faksi partisan. Penyelenggaran survei, peneliti, yang penyokong pemerintah tentu akan berusaha dengan cara seperti apa, agar hasil penelitian dan surveinnya cenderung mengangkat pamor dan citra pemerintah, partai pendukung pemerintah, dan atau presiden incumben. Sedangkan para peneliti dalam lembaga survei yang di luar jalur pemerintah, alias oposisi, juga akan menyelenggarakan survei, tentu untuk mengukur sejauh mana kampannyenya berhasil, dan mengangkat citranya di media.
Kita mahfum bersama, setiap survei terkait dengan citra politik, partai, calon presiden dan wakil presiden, adalah dalam rangka memuluskan jalan menuju kursi polirik utama. Maka setiap partai bisa saja membayar lembaga survei untuk melakukan survei pesanan. Atau bahkan partai politik bisa saja mendirikan lembaga survei, didanai, dengan catatan “lembaga independen” untuk menggulirkan survei mengangakat citra politik yang bersangkutan.
Soal metodologi bisa diutak-utik bagaimana caranya bisa mengangkat citra. Soal penyebaran bisakongkalingkong dengan media juga. Jadi memang ada banyak cara bagi para politisi mengangkat citra mereka.Peneliti dan media sesunggunya tidak lepas dari partisipasi politik, mendukung politik partisan. Mungkin lupa, atau terdorong desakan keuangan. Dan melupa kejujuran yang diutamakan dalam penelitian dan ilmu.
[220109]