Minggu, 28 September 2008

Sebuah Ketundukan

Ryan Sugiarto


Proses meminta adalah pertanda kelemahan sebuah makhluk. Sekaligus sebagai tanda sebuah ketundukan. Ketundukan yang sungguh.


Sikap menghamba yang sesungguhnya adalah ketundukan pada yang maha satu. Pun kepasrahan hidup dari ketundukan menghasilkan diri yang senantiasa ingin bersetubuh dengan tuhannnya.


Ia tak tergambar dalam posisi horisontal. Namun pada kelandaian dengan kemiringan 45 derajat. Gusti yang di singgah sana kebesarannya. Dalan Al Arsy-nya. Dan hamba dalam tanah yang tertunduk membentuk sujud. Angka 45 derajat.


Ketundukan senantiasa penuh harap. Harapan untuk dikasihi, harapan untuk tetap disayang. Dan harapan akan kelimpahan segala-galannya yang datang dari tangan-tangan gustinya.


Ketundukan adalah sikap sopan dan terimakasih. Atas sebuah kesederhanaan yang terberi. Posisi yang senantiasa datang pada sifat seorang hamba.


“tunduklah padaku setunduk-tunduknya. Dan akan kami beri kalian kelimpahan.” Demikian tuhan berfirman. Tidak dalam posisi meminta, apa lagi tawar menawar. Tetapi posisi yang datar searah dengan memerintah.


Ketundukan adalah posisi paling abdi yang dimiliki oleh manusia. Meski pada kenyataannya, ia beringkust dan beralih muka.


Gusti maha tahu,hati setiap yang tertunduk ke hadapannya. Tanpa demontrasi dan atraksi. []

[180908]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar