Sabtu, 18 Oktober 2008

Manusia Posmodern dan Laku Kritik

Ryan Sugiarto


Benar kiranya yang dilakukan oleh Parang Jati, dalam Novel Ayu Utami , Bilangan Fu: manusia postmodern sesungguhnya adalah manusia yang mampu menjalankan laku kritik. Ia adalah manusia yang telah selesai dari masa kegelapan, renaissance, doktrin agama, rasionalisme, dan modernisme itu sendiri.

Manusia postmodern mungkin juga manusia yang telah selesai membaca dan pada gilirannya adalah yang mampu memberikan komentar, koreksi dan juga mungkin sanggahan pada apa yang dibaca orang modern. Manusia posmedern selangkah lebih maju dari manusia modern. Manusia modern, berada dalam tarap membaca. Sedangkan manusa postmodern, dalam taraf laku kritik. Laku kritik adalah hasil dari proses pembacaan.

Posmodern, sebagaimana yang telah pada beberapa waktu lalu, adalah sikretisme yang malu-malu. Ia adalah pencampuran antara positif modernisme, takhayul, dan barangkali juga tradisionalise, dan post-tradisionalisme. Dan oleh karenannya, sesungguhnya, pemikiran postmodern adalah pemikiran yang kembali merangkul seluruhnya, belajar untuk bijak. Meski menjadi bijak tidak pernah ada. Belajar bijak dalam membaca keadaan akan kesekarangan, dan juga keduluan yang pernah ada.

Membaca kesekarangan adalah membaca tanda-tanda, yang pada masa dulu adalah keadaan yang bisa jadi larangan. Kesekaranngan memberikan banyak tanda, bahwa ia telah berbeda dalam larangan.

Maka posmodeernisme adalah pengingatan. Pengingatan akan masa tradisional, dimana yang namanya takhayul berlaku. Takhayul tidak untuk penyembahan, tapi hanya sekadar penghormatan kepada penguasa-penguasa alam selain yang maha esa.

Dalam agama monoteisme seperti yang ditulis ayu utami tidak ada Tuhan selain tuhan itu sendiri.., dan ia terwadahi dalam agama timur.

Memang panguasa, selalu ada dimana-mana. Tentu selain dia. Penguasa inilah utusan tuhan. Ia berada dalam roh-roh, dalam mungkin juga batu-batu dan gunung-gunung, goa, juga pepohonan, yang dipercaya tuhan untuk menjaga bumi dari kepentingan kerakusan manusia. Maka manusia tradisional, juga manusia postmodern yang sekarang menjadikan yang seperti itu adalah penguasa, penjaga. Penjaga dari kerakusan manusia rasional. []

[151008]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar