Jumat, 10 Oktober 2008

Tidakkah Posmodernisme adalah (juga semacam) sinkretisme?

Ryan Sugiarto


Mungkin pertanyaan yang terlalu biasa. Tetapi memang tidakkah demikian adanya? Pandangan Posmodernisme semacam tangkisan bagi modernisme itu sendiri. Modernisme selalu mengedepankan bukti dan keterjangkauan rasio, kesadaran yang utuh. Maka alat bagi segala macam varian modernisme adalah teknologi. Juga, segala sesuatu yang terukur dan terprediksi dengan tepat melalui hitung-hitungan otak.

Dan Posmodernisme, meski kadang-kadang kita ragu menggunakan kata itu. Kenapa? Jawabannya dalah pertanyaan tentang apakah kita khatam dengan modernisme? Apakah pula modernisme talah berakhir dari zaman pemikiran ini, sehingga fase selanjutna adalah post—pasca modernisme. Kedua kata ini memang berbeda. Tapi sementara anggaplah sama.

Degan ukuran apakah modernisme berakhir? Apakah ia secara otomatis (sebuah kata yang sangat Modernis, (otomatis = hanya dan hanya jika)) berakhir dengan munculnya pandangan, gagasan posmodernisme?

Posmodernisme memang kemudian mengelabuhi modernisme dengan mencoba mengembalikan pemikiran yang diluar rasionalitas. Mungkin irasional, juga mungkin meta rasional. Tapi ia toh tidak sama sekali abai dari beberapa dasar modernisme, yang tetap saja memakai fungsi rasionalitas, “Kritis”. Kata ini selalu menandai fungsi rasionalitas manusia dalam memandang segala hal, terutama yang berasal dari masa sebelum modern. Masa-masa mistis berkembag dengan subur. Atau tepatnya masa-masa pencampuran yang panjang dengan berbagai pikiran. Dan terutama keyakinan.

Maka ia adalah semacam sinkretsme,yang dilarang-larang oleh monoteisme. Lebih tepatnya sinkretisme pemikiran. Jika demikian, kalau benar, tidakkah posmodernisme adalah juga semacam neo sinkretisme yang malu-malu?

[101008]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar