Sabtu, 30 Agustus 2008

Apa yang kaudapati dari kampus?

Ryan Sugiarto

Seorang wakil dekan fakultas saya masa briefing upacara wisuda menantang kami begini. Siapa yang berkat ia tidak mendapatkan apapun dari kampus? Majulah kemari, amil uang limapuluh ribu ini.

Lontaran ini adalah upayannya mencegah, mendengar kembali ungkapan seorang wisudawan: saya tak mendapatkan apapun dari kampus. Saya tak bisa memahami apakah ucapa wakil dekan ini tantangan, yang harus dialamatkan pada mahasiswa, atau ia berujud kesedihan, melihat wajah-wajah mahasiswanya yang hampir meinggalkan gelangang kampus. Suaranya sih menunjukkan ambigu. Dan kemudian aku menyimpulkan ini bukan suatu keprihatinan. Melainkan suatu kemarahan yang tak ingin ia ulang dari periode wisuda sebelumnya.

Seorang kawan yang dipilih untuk memberikan ucapan terakhir mahasiswa, dihadapan para orangtua wali dan sivitas akademika, mengatakan bahwa dirinya tidak mendapatkan apapun di kampus ini. Saya pikir sebuah langkan dan kata yang berani, mingkin juga jujur. Jujur disaat, perkuliaahan yang dialami sepanjang empat tahuan, dan hanya dijejali teori yang tek membentuk diri. Berani karena mahasiswa pilihan ini, tidak serta merta tertunduk pada birokrasi dan tata krama yang meniadakan kebenaran. Kebanyakn orang dinegara ini memng memilih ketenangan dari pada kebenaran.

Ungkapan teman ini adalah ungkapan kesungguhan. Kesungguhan, ketika menmandang bahwa msa kulaihnya selesai, dan kini ia menadang ruang kosong didepannya. Dan kebingungan dengan apa ia akan mewarnai ruangan masa depannya itu. Tak ada alatpun yang ia peroleh dari kampus. Tak ada senjata pun yang dibekali kampus, selain teori-teori yang tumpul untuk membentuk realitas.

Palin tidak kawan yang satu ini tersadar tentang apa yang telah ia alami dalam kampus. Yang kadang memang tak membentuk diri yang berkarakter. Dan krakter tak disediakan diruang kelas. Justru diluar ia tersedia untuk direngkuh.

Kawan ini saya pikir juga hanya menyuarakan keheningan dan kekosongan kwan-kawan yang ada didepannya. Memakai toga kehormatan akademis. Dan menatam dunia dengan wajah kosong. Tak berani berbuat.

Dan ketika kawan saya itu berucap: aku tak mendapatkan apapun dari kampus, justru ia sendiri telah mendapatkannya. Mendapatkan keberanian, dan kejujuran yang terungkapkan. Tidak semua yang menjadi sarjana pada waktu itu berani berkata dan melakukan hal ini. Justru ia telah mendapatkannya, walaupun ia usahakan sendiri ketikan kontra dengan kampus.[]

[220808]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar