Ryan Sugiarto
Inilah saat dimana semua orang mulai mengaku-ngaku seorang pemimpin. Atau paling tidak akan mengaku-ngaku memiliki karaktersitik kepemimpinan. Sah-sah saja, memang, melakukan yang seperti itu.
Lalu berbagai cara dilakukan untuk menyatakan kesiapan untuk memimpin. Dengan Iklan yang memakan berjuta-juta rupiah sebagai model “ini lho saya”. Lalu ada yang berupaya mempertentangkan golongan tua dan golongan muda. Tujuannya tak lain untuk memperebutkan hati rakyat dalam sisitem pemilihan yang tentu saja sebuah cara menemukan, atau mengangkat sang pemimpin.
Pemimpin memang tak selalu, harus, hadir dari situasi yang bergelora. Ia bisa saja hadir dari waktu yang tenang-tenang saja. Suatu bentuk yang tertangkap calam citra. Itulah yang dilakukan oleh orang-orang yang menganggap siap untuk memimpin. Hanya saya, Sukardi rinakit, yang mengutip ucapan frangki Sahilatua menulisnya “tanah punya mau”, seberapa banyak iklan berjor-joran ditelevisi koran, Atau juga spandung dan poster, yang kian merusah jarak pandang tetapi tanah punya mau. Dan dalam bahasanya sendiri sukardi rinakit, mengingatkan “Gusti ora sare”
Dalam sebuah sajaknya cak nun, mengungkap tantang bagaimana pemimpin itu. “kau bukanlah kepala bagi kami, kau adalah kaki yang diberikan Tuhan untuk menjaga keindahan negeri ini. Agar tidak sempoyongan. Kau hanyalah penerus kami, kamilah yang berkuasa atas kamu.” Kurang lebih demikian.
Mao seorang pemipimn besar Cina, Seorang pemimpin itu seperti danau, dia tak lsak seperti sungai di gunung, Ia tak berada di pucuk yang tinggi, tetapi menangpung. Dia tahu bahawa supernya adalah air yang bersumber dari jauh di pedalaman, sebuah telaga tak bermula yang dari air yang tergenang setelah kebetulan hujan.[]
[300708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar