Sabtu, 16 Agustus 2008

Harus: Tapi berdamailah dengan diri sendiri

Ryan Sugiarto

“Harus!” dan kemudian ada yang lain dari diri kita yang merasa harus memberontak kata itu. Barang kali saja karena sejak kecil kita dibiasakan mendengar kata-kata itu. Setiap nasehat slalu saja menyelipkan kata ini. Tidak, saja orang tua, guru-guru kita disekolah sering melontarkannya “Harusnya kamu itu….ini…itu…” dan seterusnya. Apalagi sang guru BK atau BP .

Waktu kita sekolah di tingkat semenjana, yang paling lekat tentang kata harus dan guru BK.

Dan setelah itu lalu kita patut sadar menetapkan pilihan harus ini dengan standart pencapaian kita dan apa yang diinginkan. Keharusan yang datang dari diri sendiri menjadi pendiri atas keinginan-keinginan yang menjadi tujuan sendiri. Dan sebuah keharusan membuat Anda street pada jalan mencapai sesuatu yang lebih besar.

Meski, pada saat-saat tertentu kita patut berdamai dengan diri kita sendiri. Stelah sekian lama berkutat dengan keharusan yang kita ciptakan sendiri untuk sendiri. Jika kita berani mengakumulasi pada kata harus untuk beberapa titik dalam hidup kita, maka kita telah mengambil sebuah jalan yang tepat bagi sebuah kesadaran untuk perbaikan diri. Harus adalah jalan menuju target.

Soal berdamai, janganlah terlalu sering, atau jangan pula sering. Bentuklah damai untuk hal-hal yang harus saja kita berdamai. Agar, kita tidak dengan mudah membatalkan keharusan-keharusan yang baru saja kita mulai.

Keharusan membutuhkan waktu, dan memsyaratkan kesadaran. Karena keharusan menjadi benar jika ia adalah hasil dari kesadaran. Saya harus membentuk keharusan saya sendiri, karena kesadaran saya membutuhkan keharusan itu sendiri. Ia menjadi begitu inhern dalam diri saya. Dan saya kira, Anda melakukannya kalau saja Anda mau. Dan saya tak bisa menciptakan keharusan Anda, karena sebuah kesetaraan.[]

[090808]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar