Ryan sugiarto
Itulah ungkapan parni hadi. Dan saya pikir ini adalah langkah bagai mana sebuah puisi , dan lebih besar lagi sastra berperan dalam lingkup negra. Sudah banyak tulisan, sastra, puisi yang mengobok-obok kebobrokan negara. Kekotoran politik.
Puisi menjadi pengingat dan penyeimbang bagi politik yang kotor, negra yang rusak. Tapi negeri ini belum benre-benar cinta degan sastra. Melirikpun jarang. Apalagi membasuh dirinya dengan puisi. Politik terlalu dipusingkan tentang bagaimana membagi kursi, bagaimana menarik simpati, dan bagaimana kemudian menduduki.
Bahkan ada yang anti dengan puisi. Kakrena dianggap melecehkan dan menodai nama baik. Berapa banyak para penyair kita yang terbui. Bahkan menjadi sepi dari sosial, karena tak ditemi lagi.
Politik menutup mata dari gambran puisi, menutup telinga dari kerasnya ingatan puisi. Politik kita tak memerhati puisi. Apa lagi yang seperti ini:
Pengusaha mati meinggalkan hutang
Politisi mati meinggalkan janji
Dan
Orang miskin mati meninggalkan tulang belulang
Dengan demikian, memang tugas puisi mensucikannya.[]
[220808]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar