Ryan Sugiarto
Tiba-tiba seorang kawan mengirimkan pesan pendek yang berbunyi “Ternyata Jogja ngangeni” lalu dia juga mencuplik lagu Kla Projek “pulang ke kotamu, ada setangkup haru dalam rindu”. Romantisisme pun mendera.
Ingatkah kau tentang pakualaman, tentang angkringan tugu, dan juga bulaksumur? Beberapa dari sekian banyak tempat-tempat yang begitu lekat dalam alam pikir saya. Paling tidak beberapa dari sekian tempat yang juga masih “suci” dari gemerlap perlombaan dunia. Pakualaman tetap bersahaja, sebagaimana mulanya. Angkringan Tugu juga masih akrab, meski jarang seniman-seminam berkumpul lagi disana. Bulaksumur, Markas besar peradaban kebangsaan. Terutama tertuju pada sepetak rumah kecil b21. Ah, tak usahlah mengingat terlalu dalam tentang bagaimana orag-orang didalamnya bergelut letih.
Apalagi ketika malam, dengan sedikit provokasi, kami berkumpul. Hanya untuk sekadar ngobrol ngalor ngidul soal yang remeh. Tetapi memang sesungguhnya tak ada yang penting sebagaimana juga tak ada yang remeh dalam hidup ini.
Dan secepat kilat aku menyambar HP ku kembali dan mengirimkan pesan pendek kepada seorang teman yang masih di Jogja “Aku kangen Jogja”.
Rasa kangen selalu mensyaratkan sebuah jarak. Dan dan waktu yang lama untuk tak berjarak. Maka hanya mereka yang berjarak dengan kerinduannya yang bisa merasakan kedasyatan romantisisme masa lalu. Keberjarakan menimbulkan itu semua. Sebuah kegenitan ingatan yang menghujam dan menutupi kekinian dalam waktu yang relatif singkat. []
[070808]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar