Ryan Sugiarto
Hidup berpikir adalah pangkal kesenangan. Demikian Heraklithos menyimpulkan kesenangannya. Dan ia juga berkata “jika saya diminta memilih antara dua, menjadi raja atau berpikir. Maka saya akan lebih memilih berpikir. Karena ia adalah pangkal kesenangan hidup”.
Begitulah dimasa persoalan kenyang dan kelaparan tak ditanggungkan lagi. Persoalan materi yak perlu dipusingkan. Saat dimana memang bekal yang diberikan “yang satu” dipergunakan. Bahkan bagi Heraklitos sendiri “yang satu” itulah yang berpikir. Ia adalah pikiran itu sendiri. Sebuah Logos.
Dan inilah yang kemudian menjadi pangkal dari pemikiran-pemikiran filosof-filosof hingga abad ini. Pikiran yang menghasilkan pemikiran.
Meski yang kemudian tak ada yang sependapat antra pikiran yang satu dengan pikiran yang lain dalam meneguhkan kebenaran.
Memang kemudian ada yang berpendat, “ya berpikir bagaiman mencari makan, bagaimana sekolah, dan lain-lain. Tapi tidak berpikir tentangilmu itu sendiri” Begiulah alam demokrasi selalu memberi ruang untuk mengemukakan dirinya sendiri.
Tetapi pada awal bangkitnya pengetahuan, yang keluar dari para filosof awal yunani, mereka berpikir tentang pikiran dan pemikiran. Dan sesudah berabat-abat kemudian dijaman sekarang, David Cameron, Pimpinan oposisi Ingrris 2006 pernah berujar “Saatnya kita mengakui bahwa hidup itu lebih dari sekadar uang”.
Ungkapan Cameron, dan juga apa yang dilakukan oleh filosof awal yunani selalu membutuhkan prasarat yang tidak mudah. Tetapi siapapun bisa melakukannya. []
Tetapi begaimanapun, memang, berpikir adalah pangkal dari segala kesenangan. Maka berpikirlah bagaimana mengloah, mencari dan menggunakan pikiran, bagaimana menjadi kaya, dan bagaimana,bagaimana, dan apa lainnya.
[050708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar