Ryan Sugiarto
Ada banyak rasa malu yang tergadai di gedung parlemen. Soal hak angket, fraksi golkar dan democrat tidak menyetujui pelaksanaan hak angket. Namun ketika hak angket lolos untuk ditindaklanjuti, mereka rame-rame ngajukan diri untuk menjadi pimpinan dalam kepanitiaan.
Etic politik ini memang tergadai disana. Beliau-beliau ini seakan lupa apa yang telah mereka pilih tahab sebelumnya. Dan kemudian mereka juga ikut merebut kepemimpinan dalam panitia. Apakah tak ada malu?
Memang demikian dengan dunia politik. Menggadai rasa malu. Etika politik, memang selalu demikian adanya. Sekadar mengamankan posisi dan menyandra rasa malu.
Tetapi yang ini sungguh sangat kentara. Ketika upaya, menyelidik ketidak beresan perminyakan Negara, dan kenaikan BBM yang langsung menyangkut hajat hidup orang banyak, mereka malah berebut hal-hal penting soal posisi. Tujuannya saya kira untuk mengerim laju hak angket ini agar tidak menggelinding pada hal-hal yang menciptakan jurang kekuasaan bagi presiden. Atau agar penyeidikan ini tidak terlalu dasar. Kira-kira demikian
Etika politik sebagai nilai akademis dan patokan profesi, tak begitu indah dimata para politisi seperti ini. Yang kemudian demikian tak lekang adalah bagaimana kepenrtingan tidak tergerus oleh moral dan etika.
Gedung parlemen kita selalu dihiasi oleh hal-hal yang demikian. []
[070708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar