Ryan Sugiarto
“Teori yang baik selalu lahir dari setiap pengalaman, sebagaimana resep yang baik dilahirkan dari setiap kasus. Dan pengalaman yang baik adalah pengalaman yang dicatat dari pengalaman banyak orang”
Seorang announcer pada sebuah radio di Jakarta, melakukan kritik pada seorang penulis buku how to. Kurang lebih judul bukunya “cara cepat menjadi presenter dan penyiar Handal”. “Bagaimana memberikan petuah tentang bagaimana menjadi penyiar yang handal atau presenter yang handal jika ia tak punya pengalaman menjadi penyiar atau presenter?” begitu ia mengulas buku ini dalam sebuah acara yang dibawakannya “You get a Friend”.
“Karena itu lihat dulu siapa penulisnya dan bagaimana trakc recor pengalama penulisnya,” begitu lanjutnya.
Kurang lebih ia bicara tentang kredibilitas sebuah buku dan dan penulisnya. Juga tentang teori yang disampaikan sebuah buku. Komentar-komentar semacam ini memang sah-sah saja muncul dari setiap orang. Dan sebuah buku diluncurkan tak akan pernah lepas dari yang namanya kritik.
Buku-buku seputar “How to” memang banyak muncul dari penulis-penulis yang kadang tak punya background dari tema yang ditulisnya. Tapi tidakkah ia kemudian kredibel?
Pengakuan datang dari pembacanya. Dan pasar yang kemudian yang menjadi ukuran bagi buku-buku semacam ini. Dan untuk kasus ini bagian awal tulisan ini relevan untuk membahasannya.
Pengalaman memang bisa melahirkan teori yang sahih. Anehnya, jarang orang yang berpengalaman bisa menulisnya dalam buku-buku. Justru orang yang dicap tak punya pengalaman dengan mudah bisa menulisnya dalam lebar buku-buku. Bukankah pengalama bisa kita peroleh dari mana saja, bahkan ketika kita tak mengalaminya?
Orang-orang kita memang senang menyalahkan apa yang tidak bisa dilakukannya. Tetapi memang begitulah kebiasaan dari sebuah kritik. “klo memang Cuma begitu semua orang bisa” dan anehnya ia tak melakukannya. Kalo bisa, silahkan menulisnya, dan juga melakukannya.
Dengan asumsi semacam ini, maka siapapun ia bisa menjadi penulis. Praktisi pembaca dari buku-buku, pengamat dari praktisi, bisa menuliskannya. Karena setelah itu buku atau lebih tepatnya teks tak lagi menjadi milik penulisnya. Ia berdiri sendiri dan siap diserang, atau bahkan disanjung oleh siapapun. Siap dicemooh, dan juga di elu-elukan pada saat yang bersamaan. []
[270708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar