Ryan Sugiarto
Seorang Penjual Buku Asongan dalam sebuah bus. Ia menawarkan buku dagannyannya yang berjudul “Puasa Ulat”.
“Bahkan seekor ulat yang sangat menjijikkan bisa menjadi kupu-kupu yang cantik dan menawan,” begitulah selipan dari perkataannya seraya menawakan dagangannya.
Untuk menjadi kupu-kupu dengan sayapnya yang berwarna-warni. Dan tentu begitu indah, ulat melalukan puasa. Ia menyendirikan dirinya dari khalayak dan menjauhkan diri dari makanan. Ia berpuasa untuk membuat dirinya menjadi kuku-kupu.
Begitulah ulat bermetamorphosis menjadi kupu-kupu. Ke-jijik-an menjadi keindahan. Merambat, berjalan lambat menjadi terbang melesat.
Begitulah puasa. Selalu menjadi jalan bagi perubahan dan metamorphosis bagi sebuah makluk. Kita, manusia, juga mengenal sebuah media metamorphose, ia juga dinamakan dengan puasa. Tentu dengan asumsi sesudah menjalani pusa, kita bisa menjadi indah seperti kupu-kupu. Kita bisa mencapai puncak keindahan manusia dengan rasa dan akalnya, menuju kesuksesan dalam ukuran manusia.
Puasa ulat tentunya memberi gambaran kepada manusai, tentang apa yang terjadi sesudah puasa. Pasca puasa yang dijumpai tak ulat lagi yang menjijikkan, tetapi seekor kupu-kupu yang menggairahkan.
Begitulah tentang pelajaran, apa yang harusnya kita peroleh dari puasa: kesuksesan bagi manusia.[]
[190708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar