Ryan Sugiarto
Ia punya banyak rekam jejak peristiwa diseputarannya, lintas tahun, juga lintas generasi, tak untuk dikonsumsi, juga buka jembatan komunikasi. Tetapi terpendam. Ia adalah sejarah hidup bagi seputaran bulaksumur yang dekat dengan dunia kemahasiswaan.
Sebagai sebuah karya ia tak hanya sebuah hasil. Tapi juga otonom yang menghasilkan. Rekaman pementahuan dan dokumentasi yang kuat memudahkannya membuka lembaran-lembaran sejarah, menjadi bacaan. Juga picingan kamera-pinjaman-nya, menghailkan potret-potret dengan nilai tinggi. Lukisannya juga telah menetas, meski tak rutin, mulai dari kanvas, sampai kayu pintu, adalah sasaran imajinasi. Bahkan yang paling abstrak dia mendefinisikan tipe-yipe perempuan disekelilingnya, mseki jugalintas generasi.
Jika boleh mendefinisikan sebagai profesi, maka beliau ini adalah satu dari sekian generasi multitasking. Menggambar bisa, memotret, menulis, bertanam, kerja dokumentasi, pustakawan, pengamat, “kritikus”, “intrikus”, teknisi, montir, dan lainnya. Entah apakah ia juga masih mengilmui hidrologi. (www. fotoesai.blogspot.com)
Tetapi dia juga (mungkin) filosof untuk dirinya sendiri. Berani mendefinisikan kebahagiaan hidup, diluar definisi yang disandang orang lain. Meski tak terlontar dalam ucapannya, tidakan dan lakunya mengatakan demikian.
Kehidupannya adalah soal lingkungan kaum muda. Sehingga yang dipikirkan adalah soal pikiran anak muda. Ia merekam semuanya. Segala intrikan dalam organisasi maupun komunitas di lingkungannya. Sembari berharap, suatu saat Ia menuliskan apa yang tak diketahui generasi “jagung” untuk belajar tahapan sejarah komunitas. []
[120708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar