Ryan Sugiarto
Kerinduan kadang muncul untuk mengalunkan nada-nada keindahan tuhan dan juga kebersanaan. Bahkan juga disaat “hanya mendengarkannya”.
“kita charge ruhani kita”,” lontar seorang teman ketika kami berkumpul dalam kenduri sastra dalam peringatan haul Mas Zaenal Arifin, semoga Tuhan menjaganya. Pada saat para sastrawan yang belum bernama, sampai yang tak muat lagi namannya dimedia msa, berkumpul lantunan nada kebesaran tuhan itu mengiang lagi.
Pada sebuah rumah kontrakan, yang kami namakan pondok, kami selalu melantunkannya pada hari yang terjadwal. “Satu Atap” menjadi salah satu didalamnya. Keindahan bahasa dan nama-nama Tuhan dan juga segenap penyampai wartanya kami junjung tinggi dalam nada yang mencapai ekstase keruhanian.
Keindahan syair dan liriknya membuat kami menjadi masuk lebih dalam tentang yang dinamakan kekusyukan. Demikianlah agama bersenandung bersama Satu Atap.
Maka jika ada agama yang menolak syair, sesungguhnya dia lupa pada setiap keindahan bahasa yang dibawanya dalam kitab suci. []
[190708]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar