Sabtu, 07 Juni 2008

Buku adalah Anak Sah dari Inteletual

Ryan Sugiarto

Demikian adanya memang. Namun seberapa banyak dari kaum terdidik, terpelajar, yang konon juga adalah intelektual adalan penghasil buku? Tak banyak dan bahkan mungkin bisa dihitung ddengan jari.

Buku adalah, biasanya, kumpulan dari hasil olah piker dan permenungan seseorang. Dan ia menjadi bibit asli dari sebuah daya pikir manusia. Tak mudah membimbing akal pikir untuk menghasilkan buku yang memiliki unsure ide-ide yang baik. Mempunyai kadar inteletual yang baik.

Tapi seberapapun buku itu mempunyai porsi yang beraneka ragam manfaat bagi sebuah perkembangan manusia dan terutama operadaban bangsa, ia tetap anak sah dari inteletual manusia.

Seorang intelektual, karenannya akan dilihat dari buku semacam apa yang dihasilkannya.

Begitu kira-kira saya pernah mendapat pelajaran berharga dari sebuah lembaga ketika di masa-msa mahasiwa. Dan itu yang kemudian mendorong sebagian dari kami yang berada disana untuk “berlomba” menghasilkan sebuat buku. Tidak untuk disebut sebagai intelektual. Hanya sekadar menuangkan olah pikir yang pernah kami tekuni dan kami jalani. Mengingat-ingat, mencerna dan kemudian mengolah kembali apa yang kami pelajari, kami baca dan kami pikirkan.

Tetapi demikian, ternyata tidak mudah. Masih banyak hal yang herus terus dibelajar. Selain tentae seperangkat metoder. Agar tidak sekadar menjadi tumpukan kertas yang “menyampah” dirak-rak buku yang disediakan oleh para pecinta baca. Tidak memehuni katalog-katalog perpustakaan.

Namun tak mudah, lagi. Karena setiap apa yang keluar dari pemikiran seseorang, meskipun itu adalah nilai naskah yang ilmiah, sekalipun, masih barus berhadapan dengan pasar. “pasar akan mencerap tidak naskah seperti ini”, “pasar buku maunya yang ringan-ringan saja”, “ikuti saja tren pasar”, “how to akan menjadi best seller tahun ini”, itu kira-kira yang sering keluar dari mulut pada pemimpin redaksi sebuah penerbitan

Namun, sebagaimana susah, dan kemudian tidak cukup berkualitasnya sebuah buku, lagi dan lagui, ia adalah anak sah dari yang namanya intelektual. Dan ia harus dihargai. Dengan cara dibaca. Dan bila perlu didiskusikan dan diolah kembali menjadi ide yang lebih matang untuk buku-buku selanjutnya.

Tak ada yang tidak berguna dari sebuah BUKU. []

[050608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar