Oleh Ryan Sugiarto
Ada hal paling tidak logis dalam hal demonstrasi. Ada diantara teman-teman yang menyuarakn tuntutan meraka dengan aksi mogok makan. Dan lebih tragisnya lagi adalah dengan menjahit mulut mereka. Dalam pikiran saya muncul pertanyaan: “kenapa teman ini memilih aksi mogok makan?” kalo jawabannya hanya ingin menyuarakan tuntutan, tak adakah jalan lain dari itu. Demonstrasi seperti biasanya misalnya.
Kenapa saya bilang tidak logis? Ya karena tenntu saja ia bukanlah hal yang sangat tidak realistis dan efektif untuk dilakukan. Aksi mogok makan adalah aksi yang menurut saya paling konyol yang dilakukan orang konyol. Aksi bodoh, mohon maaf saya harus enggunakan kata ini, yang dilakukan oleh orang yang tahu akan keadaan yang sebenarnya. Tapi ia melakukan cara yang salah. Menyiksa diri sendiri. Ia pikir dirinya Yesus yang berani disalib untuk menebus dosa-dosa umatnya nanti? Ia pikir manusia yang berkuasa yang didemo adalah tuhan yang konon menerima kayu salib Yesus.
Bukan. Bukan seperti itu….penafsirannya. Mogok makan justru menambah persoalan pada diri sendiri, dan orang lain pada akhirnya nanti.
Sederhananya….”La wong demontrasi terang-terangan, demonstrasi besar-besaran, dan demonstrasi dengan pengerahan masa saja yang didemo tidak denger, tidak peduli. Tidak merasa didemo. Lha kok pake mogok makan segala,” pikirku dalam hati.
“La wong yang nyata-nyata kelaparan dengan cara alami saja yang didemo tidak merasa tahu. Tidak mau tahu. Dan tidak ingin tahu. Kok kelaparan dengan cara disengaja, dibuat-buat, berharap yang didemo ingin mengetahuinya,” kata otakku lagi.
Sudahlah, tinggalkan cara kuno mogok makan. Merak yang kita demo tidak akan peduli dengan kelaparan kita yang memang lapar karena tidak ada bahan makanan yang bisa dimakan.
Apa lagi aksi mogok makan. Mereka akan berpikir, “Ah, anak-anak muda ini hanya ingin membohongi saya. Wong mereka bisa kuliah. Bisa membeli baju yang mahal-mahal. Sering dugem segala,masak kelaparan,” ungkap pejabat-pejabat itu
Paling lagi mereka akan berpikir, “Biarkan mereka lapar, itu adalah bentuk pelajaran dan pendidikan bagi mereka,” tambahnya nanti.
Begitu…seterusnya kecamuk dialog yang ada dalam otakku. Itu yang selama ini membuat saya agak trenyuh dengan pilihan sikap teman-teman yang mengambil jalan mogok makan. Kawan pilih jalan lain yang anda tidak sengsara, dan anda bisa menyuarakan tuntutan yang lain yang tidak bersuara.
(310508)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar