Sabtu, 21 Juni 2008

Seri Menang Keri

Ryan Sugiarto

Perhelatan Uero selalu menghadirkan hal-hal yang mmberi kita banyak pelajaran. Tersingkirnya finalis piala dunia 2006, Perancis, dan tertatihnya juara piala dunia 2006 Italia adalah sebuah pelajaran bahwa tak selalu yang menang akan menang, dan yang tertinggal akan tertinggal. Belanda diawal-awal uero 2008 menunjukkan performa yang kuar biasa dengan mengemas nilai penuh. Pun Kroasia.

Justru tim-tim besar pada akhir penyisihan berada di posisi kedua, Jerman, Italia. Tak ada yang tidak mungkin dalam sebuah pertandingan. Selalu ada kekecewaan. Selalu ada kejutan-kejutan. Demikianlah dengan kehidupan. Ada riak-riak kekecewaan dan letupan-letupan kebahagiaan atas kejutan-kejutan luar biasa.

Tertatih diawal tak selamanya tertatih dalam perjalanan kedepan. Ketika kecil kami menyebutnya dengan “seri menang keri”. Juara akan berbahagia (menang) ditahab-tahab perhelatan selanjutnya, kira-kira begitu terjemanan bebasnya.

Tetapi seperti halnya kehidupan. Selalu ada antitesa, selalu ada beda kata. Yang tertatih dan kalah diawal pertandingan dianggap sebagai “bukan juara sejati” jika pada akhirnya ia mengungguli. Begitulah selalu ada dua kutub yang berbelakangan.

Tetapi ia tetaplah juara. Juara bagi dirinya sendiri. Menang dari mengalahkan mental yang rapuh dalam dirinya. Berhasil mengatasi tekanan-tekanan hebat yang menderanya. Mengatasi beban atas harapan dan keinginan orang lain. Mengatasi dan menang atas setiap harapan-harapan, menuju pencapaian yang tinggi.

Dengan begitu awal yang buruk pada langkah selanjutnya bagi “seri” adalah langkah kedepan yang membahagiakan.[]

[190608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar