Sabtu, 14 Juni 2008

Sejarah yang Sepi


Ryan Sugiarto


Jakarta---tak ada sejarah yang tak sepi. Sejarah tak pernah dihinggapi keramaian yang bergerombol. Museum Nasional menunjukkan hal itu.

Sabtu (14/6) tak terlihat ruakan rasa yang menginginkan menyambangi sejarah. Sementara di MN ini terhapar berbagai data dan pengalaman yang terkubur dalam benda-benda. Memasukinya Anda akan dihadapkan pada punggung kematian. Melalui dewa-dewa kematian. Dewa yang terukir dan menjelma dalam batu ini dengan jelas, menggambarkan, kekerasan juga menyejarah.

“Badannya yang tinggi besar degan baju kebesaran yang menandakan kematian, menginjak tubuh kecil yang menyatu kaku dan tubuhnya dalam lipatan. Dibwawahnya adalah kepala-kepala tanpa kulit”. Begitu yang tergambar dari simbul dewa kematian pada masa dewa-dewa, dari MN ini.

Tak cukup itu, tebaran relief-relief yang berjajar dan tak karuan didalamnya. Tentangdesa-dewa. Tak terkecuali, jika dihitung lagi ada berpasang-psang lingga dan yoni didalamnya.

Meski tampak begitu kaya dan ramai benda. Manun jauh dari keinginan untuk mengingat benda-benda ini. Hanya segelintir dari mereka yang berani mengingat dan pengalaman sejarah ini. Sejarah memang tak pernah luputdari sepi. Museum mana yang dengan semarak manusia berbondong-bondong merengkuhnya?

Tetapi memang nampak selalu demikian. “kebijaksanaan dan pengalaman-pengalaman yang kaya tampak selalu sepi”. Sulit sekali kesejaranan yang bernilai tinggi lahir dari kegemuruhan. Bahkan yang gemuruh selalu rusuh dan cethek.

Tapi tak bisaah sesekali mengobati kesepian? Dan menimba banyak pengalaman tang tertuang dalam benda-benda?Bisa! sejarah telah terhapar dengan kekayaan pengalamanya, dan tinggal kita menyambutnya. []

[140608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar