Sabtu, 21 Juni 2008

Santun (ber)religi

Ryan Sugiarto

Kita, atau tepatny saya sendiri, kadang bertanya: haruskah kita menampilkan identitas religius keagamaan kita? Secara frontal.

Religiusitas adalah relasi tripartit. Relasi antara diri, diluar diri, dan juga diluar keduanya, yang diluar keduanya, Tuhan. Begitulah hal yang alami dari relasi ketiganya. Sangat alami dan bersumber dari hal-hal yang alami. Tak perlu lah dibuat-buat dan direkayasa, sehingga menampakkan identitass yang semu. Yang menipu.

Diri dan diluar diri saling berhubungan bersifa ketrgantungan. Membutuhkan pengakuan atas eksistensi masing-masing. Maka berbagai hal dimanipulasi untuk itu. Mski pada dasarnya kduanya adalah alami.

Hubungan dengan Tuhan pun harusnya alami. Tuhan maha tahu, dan tak perlu dibuat-buata agar ia tahu. Tuhan juga tidak butuh dukungan dengan menampilkan identitas religinya. Hubungan diri, diluar diri dengan Tuhan adalah sangat personal. Tak ada manipulasi.

“Tuhan tak perlu di bela” demikian sebuah judul buku menulisnya. Maka seorang tak usahlah menganiaya, melakukan kekerasan atas mana Tuhan.

Kesalehan umat tidak (hanya) diukur dengan apakah dia sering pake baju gamis atau tidak. Tidak (hanya) diukur dengan jambang lebat atau tidak. Kpercayaan yang imanen ada dalam hati manusia. Dan hanya Tuhan yang akan mengukur seberapa besar tingkat kesalehan religi kepada tuhannya.

Beragama secara bijak butuh bacaan yang bijak pula. Butuh renungan yang panjang tentang relasi manusia dan Tuhannya. Beragama secara santun, dan tidak perlu cari-cari perhatian.[]

[180608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar