Sabtu, 07 Juni 2008

Gelas-Gelas Kaca

Ryan Sugiarto

Disini. Saya sekarang mnjumpai pula, segelas air bening dalam gelas-gelas kaca. Bedanya sekarang betutupkan penutup dari seng. Dulu kami menjadikan gelas-gelas kaca itu sebagai sumber music lirih dengan menggesekkan jemari kemulut gelas-gelas kaca itu. Bebunyiah lirih itu menemani kami, sedikit dari eberapa bangku, ketika mengikuti sebuah pendidikan. Mahasiswa anti korupsi, disebuah hotel, di Solo. Pada setiap sesi, segara kami sikat habis air bening itu. Hanya menyisakan sedikit didalamnya.

Rupanya banyak sedikitnya air yang tersisa didalamnya berpengaruh pada warna bunyi yang dihasilakn si gelas kaca.

Di gelas kaca pula kami jadikan dia experiment bagi sebuah cara fotografi tolol. Hasilnya, wajah yang bopeng sana-sini. Membesar didepan dan atau mengecil dibelakang.

Begitu saja. Namun ketertarikan cukup (dulu) sampai disana. Karena kami tak membawanya pulang sebagai souvenir dari hotel bintang empat, yang kami tinggal selams seminggu penuh. Entah yang lain. Kami tak ingin menjadi criminal. Menyelipkan segelas gelas kaca, dalam tas yang berisi baju-baju dan map penuh makalan. “pencurian itu adalah kriminalitas” begitu kira-kira.

Karena sering terdengar dalam telinga sya, sebuah organisasi mahsiswa dikabarkan telah mengembat, atau mungkin membawa souvenir, tanda kenag-kenangan dari sebuah penginapan di sebuah wisma di kaliurang. Bermaca-macam bentuknya, mmulai dari sandal, srung bantal, sampai seprei kaurpun tak luput dri kecintaan para pecinta souvenir ini.

Kadang memang beginilah kejahilan-kejahilan kecil yang sering dilakukan para peserta sebuah acara yang selalu menginap.

[030608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar