Sabtu, 07 Juni 2008

Ketika Bahasa Mati, Budaya pun Ikut Lenyap

Ryan Sugiarto

“Siapa yang bisa lebih kesepian dari pada menjadi penutur terakhir bahasa asli yang masih hidup? Dari hampir 7000 bahasa percakapan pada 2007, para linguis memperkirakan separuhnya akan mati bersama penutur terakhir sebelum abad ini habis”

Itulah judul dan sepenggal catatan yang dilaporkan oleh Nasional Georgapik edisi special Detak Bumi. Dari catatan ini sesungguhnya kita patut miris. Keanekaragaman bahasa akan hilang. Digantikan dan menuju satu titik bahasa universal, bahasa “dunia”. Apalah jadinya jika demikian? Kearifan, kebijaksanaan pola tutur juga akan turut terkubur. Hanya tinggal teks yang akan diratapi, jikapun bahas percakapan itu terdokumentasi.

Kebijaksanaan tutur yang beribu tingkatan itu akan musnah seiring, berakhirnya riwayat penutur terakhirnya. Dan tak ada lagi yang menikmati khasanah lama, tutur itu. Dan kita tak bisa lagi menyelami kedalaman makna yang terkandung didalam lautan bahasa. Tak lagi mampu mnempuh kedalaman bijaknya alam bahasa.

Wade Davis, seorang antroplog mengatakan “setiap bahasa adalah hutan tua ingatan, daerah aliran sungai dari pikiran, juga ekosistem dari kemungkinan-kemungkinan spiritual.”

Lalu kemana akan dibawa keluhuran tutur budi bahasa itu?

[030608]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar