Oleh Ryan Sugiarto
Hari kebangkitan nasional yang diberingati beberapa hari yang lalu menyisakan satu pertanyaan besar. Kenapa? Disaat perayaan yang tiadak seperti biasanya itu, karena beru kali ini hari kebangkitan nasional yang mengusung tema ‘Indonesoa Bisa’, dirayakan besar-besaran dan meriah.
Lalu kenapa? Bukan itu yang hendak diurai dari pertanyaan besar itu. Namun justru kebangkitan yang juga didahului dengan kenaikan harga BBM yang ini menyiasakan satu Gozhul yang tak kalah menarik untuk disimak bersama. Yaitu perang propaganda. Bagaiana? Ingat Demonstrasi yang dilakukan oleh teman-teman di UNAS? Dasar dari demonstrasi ini adalah menentang kenaikan harga BBM, yang dengan berbagai alasan pihak pengamanan akhirnya terjadi bentrok. Polisi menyerang mahasisa kedalam kampus yang sejak dulu kemurniannya terjaga dari tangan polisi. Setelah itu sekira 137 mahasiswa ditangkap polisi dan dilarikan ke Polres Jakarta Selatan.
Dan kemudian? Ya…disinilah yang saya kmaksud merang ini, isu BBM kembali tertutup, berganti isu yang lebih besar, pelanggaran HAM yang dilakukan Kepolisian, belum tuntas ini, beralih lagi ke tuntutan pembebasan sekira 37 mahasiswa UNAS yang masih ditahan polisi. Demo pun kemudian pindah alamat, dari menuntut pencabutan kenaikan BBM itu beralih ke pembebasan puluhan mahasiswa.
Tepat disini yang saya maksud orang kecil ini kalah. Kenapa? Karena telah dengan mudah mereka dilarikan dari isu utama sebelumnya.
Sebenarnya kita tidak perlu heran dengan demikian. Oleh sebab mahasiswa tidak pernah belajar secara resmi olah strategi dalam demonstrasi. Olah tak-tik dalam unjuk rasa. Karena memang tiadak ada dalam diktak yang semacan itu dikampus.
Tetapi ingat, polisi itu mempunyai bermacam strategi pengalihan yang bisa dilakukan dalam setiap demonstrasi yang dilakukan oleh siapapun. Dan mereka yang kemudian keluar dari goszul ini dengan dada membusung puas.
Demikian sebenarnya orang kecil ini mudah diganti dengan isu-isu yang berbelok-belok. Seperti anak kecil saja kita rasanya. Tiap menangis keras diberikan mainan baru lalu dian, menangis lalu ada mainan beru lalu diam.
Dan kemudian tidak bersetia dengan isu besar yang semestinya dijunjung tinggi. Memperjuangkan, kalua boleh menggunakan istilah itu, kepentingan lebih luas, menciptakan keadilan yang begitu susah didapatkan selaku rakyat kecil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar