Ryan sugiarto
Jakarta--Tepat satu juni, yang juga diperingati sebagai hari kesaktian pancasila, kemarin kita bisa melihat dan sekaligus menganalisa tentang apa yang namanya paradox agama. Unjuk rasa damai yang digelar oleh koalisi kebangsaan (AKKBB) yang memprotes keluarnya SKB tentang pelarangan Ahmadiayah diserang oleh masa dari FPI. Peristiwa ini terjadi di Silang Monas. Sebanyak 12 orang dari koalisi kebangsaan mengalami luka-luka.
Inilah bentrokan termutakhir yang terjadi atas mana agama. “Dan satu-satunya dalam sejarah, peringatan Pancasilan dirayakan dengan adanya penyerangan satu kelompok pada kelompok lain,” demikian Gunawan Mohammad, salah satu tokoh AKKBB, melontarkan reaksinya terhadap ptragedi” Monas ini” (istilah Sutrisno Bachir).
Yang satu mendukung SKB yang dikeluarkan pemerintah dengan alsan ahmadiyah telah mencemarkan islam dan maka ia disebut organisasi terlarang dan harus dihapus. Yang lainnya memandang agama harus dimaknai sebagai rahmatalil alamin, dan agama tak perlu dibela. Agama adalah masalah hati dan keyakinan. Kira-kira demikian. Dan yang terpentingdari kelompok ini adalah negara tidak boleh ikut campur dalam urusan keimanan seseorang. Negara tidak berkuasa sedikitpun pada keyakinan yang diyakini warganya.
Seungguh paradox ini terjadi dalam lingkup dunia modern. Kenapa? Kekerasan dengan mengatasnamakan agama terjadi. Agama manapun tidak pernah mngajarkan kekerasan kepada penganutnya. Tetapi justru umat, mengadakan dan melakukan kekerasan atas namanya.
Ini hanya satu dari sekian aliran keagamaan yang menyeruak di negara ini. Masih ada banyak aliran keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam ranah keyakinan dan iman masyarakat. Lalu bagaimana? []
[020608]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar